Pages

Popular posts

Powered by Blogger.

You can replace this text by going to "Layout" and then "Page Elements" section. Edit " About "

Unknown On Saturday, 12 January 2013


A.    Sejarah Jalur Kereta Solo – Wonogiri
Pada masa penjajahan bangsa Belanda di Indonesia, dibangunlah jalur kereta api untuk perhubungan antar wilayah. Jalur kereta api dibangun karena dirasa lebih efektif karena kondisi geografis di Indonesia yang mempunyai kontur tanah pegunungan. Selain itu, di zaman penjajahan, industri otomotif untuk angkutan barang belum berkembang pesat. Seiring perkembangannya, kereta api masa itu berkembang menjadi angkutan masal.
Jalur kereta api Solo – Wonogiri di masa itu ditujukan untuk menghubungkan wilayah Solo hingga daerah Baturetno, tepatnya di sisi selatan Kabupaten Wonogiri. Masyarakat menggunakan media transportasi kereta api karena lebih cepat dan murah. Mereka biasa berbelanja sayur – mayur, beras, dan barang rumah tangga lainnya dari Wonogiri untuk dijual di Solo.
Pada periode 1980-an, jalur kereta api ini dipangkas hingga hanya menyisakan jalur dari Wonogiri kota ke Solo sepanjang 39 kilometer. Jalur Baturetno  - Wonogiri dibongkar sehubungan dengan proyek pembangunan Waduk Serbaguna Gajah Mungkur. Hingga tahun 2010, jalur kereta ini masih melayani angkutan penumpang.

B.    Kondisi Jalur Rel KA
Hingga tahun 2010, kondisi jalur kereta di koridor ini hanya melayani kereta feeder menuju Stasiun Purwosari. Rute sepanjang 39 kilometer ini masih menggunakan rel jenis R33 dan R25 yang sudah tidak sesuai lagi dengan kondisi perkembangan jaringan rel di Indonesia masa kini. Saat ini, jaringan rel utama di lintas pulau Jawa telah menggunakan rel jenis R54. Rel dengan jenis R54 ini memungkinkan kereta penumpang yang ditarik lokomotif diesel semacam CC201, CC203 dan CC204 dapat melaju mulus dengan bobot maksimal 17,5 miliar ton per tahun. Sementara jaringan rel kereta Solo-Wonogiri hanya mampu dilewati rangkaian kereta dengan bobot maksimal sekitar empat miliar ton per tahun. Tak heran, bila jaringan rel ini hanya bisa dilewati lokomotif sejenis BB300 maupun D301.
Pada tahun 2011, jalur ini mulai diperbaiki untuk revitalisasi jalur Solo – Wonogiri. Rel yang semula tipe R22 dan R33 diganti menjadi tipe R42 sehingga mampu mnahan beban maksimum 18 ton. Jalur sepanjang 39 km ini diberikan balas kerikil sehingga menambah keamanan dan kenyaman jalur. Bantalan rel yang terbuat dai kayu tua, diganti dengan bantalan baja. Rel ini derencanakan untuk kecepatan maksimum 80 km/jam. Dengan adanya penggantian rel kereta tersebut, kereta api nantinya bisa dijalankan dengan kecepatan 60 km/jam dari sebelumnya hanya 30 km/jam. Penumpang dari Solo menuju Wonogiri, saat ini dilayani menggunakan KA Fedeer, dan masih menggunakan gerbong biasa. Nantinya KA Feeder akan menggunakan railbus yang saat ini sedang dikerjakan di INKA, Madiun.


 Gambar 1. Peron Stasiun Wonogiri


 Gambar 2. Rel dengan Balas yang berfungsi untuk meredam getaran




Gambar 3. Rel Tipe R42 dengan bantalan besi. Lebar Rel 1067 mm.

C.    Perkembangan Jalur Rel Koridor Solo – Wonogiri
Bayangkan, bepergian dengan kereta api yang membelah pusat sebuah kota. Dimana lagi bisa ditemui pengalaman dan pemandangan unik semacam ini di Indonesia kalau bukan di Solo ?
Keberadaan jalur rel di tepi Jalan Slamet Riyadi ini merupakan jaringan rel kereta api di Indonesia yang masih aktif digunakan dari dahulu hingga kini. Keunikan lain yang bisa anda dapat bila bepergian dengan kereta Solo-Wonogiri  menikmati pemandangan alam yang masih berupa hutan antara Sukoharjo hingga Wonogiri.
Keunikan pemandangan kota bersama sentuhan kebersamaan masyarakat Solo tidak bisa dilupakan begitu saja. Apalagi pengalaman melintas melintas di atas sungai Bengawan Solo juga merupakan pengalaman perjalanan yang menyenangkan. Kondisi jembatan besi dengan rel yang masih terawat baik, tidak menimbulkan kecemasan bagi para penumpang kereta ini setiap harinya. Sayangnya, jaringan rel selepas stasiun Sukoharjo hingga stasiun Wonogiri, kondisinya memprihatinkan. Sebagian besar bantalan besi yang tertanam sudah tenggelam dalam rumput.
Pada tahun 2012 ni, PT KAI Daops VI Yogyakarta telah mengoperasikan kereta jenis Railbus bernama KA Batara Kresna. Kereta ini difungsikan untuk menggantikan kereta api feeder yang selama ini melayani masyarakat pada jalur ini.
Pengelola jasa transportasi kereta api, yakni PT KAI berpendapat bahwa jalur ini perlu di revitalisasi kembali. Ini merupakan program perusahaan BUMN tersebut, yakni mengkoneksikan kembali jalur-jalur yang telah kembali. Selain jalur Solo – Wonogiri, PT KAI akan kembali mengaktifkan jalur Madiun – Ponorogo. Kedua koridor ini akan berfungsi sebagai koridor lingkar di lintas selatan.
Animo masyarakat cukup tinggi terhadap rencana pengoperasian Railbus ke Wonogiri. Hal ini dikarenakan di daerah selatan Solo, belum tersedia transportasi yang cepat dan murah. Pemasukan PT KAI dari kereta feeder sebelumnya bisa mencapai 200 orang per hari. Tentunya, jika jalur ini benar-benar difungsikan dengan baik, akan terjadi pembagian kepadatan pergerakan. Ini merupakan salah satu solusi untuk mengrangi kemacetan.
Pengoperasian kereta railbus juga memiliki manfaat dalam bidang pariwisata di Wonogiri. Letak stasiun yang berada di tengah kota dan terintegrasi dengan terminal angkutan kota memudahkan pengguna kereta api jika mereka ingin melanjutkan perjalanan ke tempat wisata. Ada banyak tempat wisata di Wonogiri, seperti Waduk Gajah Mungkur, Air Terjun Kahyangan, Museum Karst dan Geologi, Pantai Sembukan, Pantai Nampu, Goa Tembus dan lain-lain.
Banyak pihak berharap jalur ini segera difungsikan kembali

Leave a Reply

Subscribe to Posts | Subscribe to Comments